Pages

Subscribe:

Rabu, 28 Desember 2011

TRIK- TRIK BERMAIN FUTSAL DASAR


1. Passing,
Dalam mengoper bola kepada teman, diusahakan dengan kaki bagian dalam disahakan bola cukup kencang. Karena lapangan futsal relatif kecil, apabila passing terlalu lambat akan sangat mudah dipotong oleh lawan. Bola futsal lebih kecil (pantulan tidak terlalu besar dibanding bola lapangan besar), sehingga sekencang apapun passing dari teman, masih memungkinkan untuk dikontrol.

2. Menconcong bola,
Mencocong adalah menendang bola namun menggunakan ujung kaki/sepatu. Biasanya bila kita sudah berhadapan dengan kiper, saat posisi kita kurang bagus untuk melakukan shoot (karena posisi bola sudah terlalu ke depan), maka menconcong bola akan mencari salah satu cara efektif untuk menghasilkan gol. Karena dengan teknik ini, bola akan melesat cukup kencang (seperti di shooting), dan bola juga akan tetap bergerak lurus. Beda dengan bola lapangan besar, apabila diconcong maka larinya bola akan tidak terkontrol.

3.Tips mencetak gol.
Karena gawangnya kecil dan celah untuk menembak sangatlah kecil, maka usahakan bola ngeluncur seperti pisang tetapi mendatar. Bila dari sisi samping kita giring bola ke tengah sebelum sampai ditengah langsung tendang saja, jika dari kanan lawan berarti arah tendangan ke pojok kiri kiper.

4. Jaga stamina.
Lapangan futsal relatif kecil, baik itu lapangan indoor/ outdoor biasa maupun lapangan yang menggunakan rumput sintetis, tapi kadang kita terlalu asyik lari kesana kemari sehingga terlalu banyak gerak yang mengakibatkan kita cepat kelelahan. Lebih baik ada pembagian yang tertata dalam menyerang ataupun bertahan. Saat menyerang, gunakanlah umpan- umpan kecil, dan saat bertahan langsung buang bola, sehingga pemain yang ada di depan bisa membantu pemain belakang dalam bertahan.

Saat stamina Anda habis, istirahatlah. Isi atau tambah kembali stamina Anda misalnya dengan mengkonsumsi air yang sehat seperti air putih.

Kamis, 08 Desember 2011

Cara Setting Gprs dan MMS HP


GPRS Telkomsel
Ketik sms “GPRS ” kirim ke 6616 dan “MMS dan kirim ke 6616
GPRS

Manual Setting
1. Access Point Name (APN) – telkomsel (wap), internet (general)
2. Username – wap
3. Password – wap123
4. WAP Gateway IP Address – 10.1.89.130
5. Port – 9201 (standard), 8000 (proxy)
6. Homepage – http://wap.telkomsel.com
MMS
1. Access Point Name (APN) – mms
2. Username – wap
3. Password – wap123
4. WAP Gateway IP Address – 10.1.89.150
5. Port – 9201 (standard), 8000 (proxy)
6. Homepage – http://mms.telkomsel.com
3G/HSDPA
Daftar: Kirim SMS ke 3636 dengan isi “3G”

GPRS XL

Ketik GPRS Kirim ke 9667
Ketik MMS Kirim ke 9667

GPRS Manual Setting
Connection Name: XL-GPRS
Data Bearer: GPRS
Access Point Name: http://www.xlgprs.net
Username: xlgprs
Prompt Password: No
Password: proxl
Authentication: Normal
Homepage: http://wap.xl.co.id
Connection Security: Off
Session Mode: Permanent
IP Address: Automatic
Proxy Server Address: 202.152.240.050
Proxy Port Number: 8080

GPRS INDOSAT

GPRS Volume Based
Ketik: GPRS merk_HP Type_HP
Contoh: gprs nokia n70

Manual Setting
APN: indosatgprs
User : indosat
Pass : indosat
Proxy : 10.19.19.19
Port
: 8080
Homepage : http://wap.indosat.com

GPRS Duration Based
Ketik: durasi merk_HP Type_HP
Contoh: gprs nokia n70

Manual Setting
APN: indosatgprs
User : indosat@durasi
Pass : indosat@durasi
Proxy : 10.19.19.19
Port
: 8080
Homepage : http://wap.indosat.com

GPRS AXIS

GPRS Manual Setting
Connection Name : AXIS
Data Bearer : GPRS atau PS
Access Point Name (APN) : AXIS
Username : axis
Prompt Password : No
Password : 123456
Authentication : Normal
Gateway/Proxy IP Address : 10.8.3.8
Gateway/Proxy Port : 9201 atau 8080
Homepage : http://wap.axisworld.co.id
Connection Security : Off
Session Mode : Permanent

GPRS 3 (Three)

GPRS Manual Setting
Data Bearer : GPRS
Access point name : 3gprs
User name : 3gprs
Password : 3gprs
Home : http://wap.three.co.id
Phone IP Address : Automatic
Proxy Server Address : 10.4.0.10
Proxy port number : 3128

Rabu, 07 Desember 2011

KISAH POHON APEL DAN ANAK LAKI-LAKI


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.” Aku inginsekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.

“Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang.

Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi.Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang. ” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya. Pohon apel itu adalah orang tua kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Selasa, 06 Desember 2011

Telaga Ngebel "Kekayaan Alam Kota Reog"


Udara sejuk dan angin sego-sepoi menyelimuti obyek wisata Telaga Ngebel. Panorama asri dan indah mempesona pengunjungnya. Para pencari ikan asyik menangkapi penghuni telaga. Lalu sajian ikan bakar dari telaga kian menambah betah siapapun yang hadir disana.
Telaga Ngebel cukup unik dan menarik dibandingkan dengan telaga-telaga lain yang ada di wilayah Jawa Timur. Telaga anggun yang cukup luas ini dikelilingi rimbunnya pepohonan lereng gunung. Kondisi alamnya sangat berprospek baik bila dikembangkan lebih lanjut bahkan dapat menjadi aset Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan perekonomian, khususnya bagi masyarakat sekitar obyek wisata itu sendiri.

Telaga Ngebel ibarat tambang emas yang menunggu sentuhan investor, sehingga dapat bersolek dan menjadi ikon kedua di Kabupaten Ponorogo setelah kesenian Reog. Obyek wisata ini layak untuk dikunjungi lantaran masih bersuasana alami dan indah. Kondisi seperti ini dipastikan mampu menghilangkan kepenatan atau kelelahan usai didera kesibukan sehari-hari.

Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah seekor ular naga bernama "Baru Klinting". Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.

Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.

Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.

sebuah keunikan dan keistimewaan kesenian sebagai ciri khas daerah Ponorogo

Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya [3] .
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Makna lagu dealova


aku ingin menjadi mimpi indah…

dalam tidurmu.

aku ingin menjadi sesuatu

yang mungkin bisa kau rindu…

karena langkahku rapuh

tanpa dirimu…

karena hati telah letih.

aku ingin menjadi sesuatu

yang selalu bisa kau sentuh.

aku ingin kau tahu

bahwa kuselalu memujamu.

tanpamu sepinya waktu

merantai hati…

bayangmu seakan-akan…

kau seperti nyanyian dalam hatiku,

yang memanggil rinduku padamu…

seperti udara yang kuhela,

kau selalu ada…

hanya dirimu,

yang bisa membuatku tenang.

tanpa dirimu,

aku merasa diam dan sepi.

Bagi sebagian orang, barangkali barisan bait-bait puitis di atas sudah tak asing lagi. Ya, bait-bait indah itu merupakan single yang dipopulerkan Once, sang vokalis band Dewa, yang menjadi original sound trakc (OST) film Dealova. Bait-bait indah tersebut menjadi sebuah lagu yang betul-betul indah, sempurna, dan menyentuh, ketika terpadu dengan tarikan suara Once, diringi dengan alunan musik yang mellow, slow dan mendayu-dayu. Aura sentuhannya akan begitu terasa, jika Anda mendengarkan lagu itu dengan penuh perenungan, penghayatan, dan pastinya jika Anda adalah orang yang memiliki hati lembut dan sensitif, walaupun tanpa harus memiliki sense of music yang peka. Dengan begitu, Anda akan terbawa pada kondisi tertentu yang penuh makna. Entah kenapa, sudah belasan, puluhan atau mungkin dalam hitungan tak terhingga, lagu-lagu mellow, slow dan mendayu-dayu yang aku dengarkan dan aku nikmati, sampai pada lagu yang didaulat sebagai lagu reliji penuh pesan moral dan ketuhanan, namun hanya lagu Dealova itu yang bisa mencuri perhatian lebih dariku, bukan hanya telinga, tapi juga jiwa dan pikiran.

Dalam beberapa waktu, lagu itu aku putar berulang-ulang, berkali-kali di pc, menemaniku saat menulis, mengerjakan makalah, main game, menjadi pengantar tidur atau sengaja ingin menikmati dan menghayati lirik-liriknya. Tulisan ini pun aku ketik dengan iringannya. Lagu itu mampu menjadi inspirasi, oleh karenanya ia mendapat apresiasi lebih.

Bagiku, sungguh, lagu itu begitu menyentuh. Ia telah merasuki otak dan meresap ke dalam kalbu, hingga memutar kembali memori, untuk mengenang masa lalu bersama orang-orang terdekat, yang cintanya telah menancap terpatri begitu dalam di hati, namun mereka tak lagi di sisi, dan atau menjadi lagu latar dalam lika-liku kehidupan (cinta) saat ini.

Lagu Once, yang diciptakan Opick, dan ia lantunkan bersama Victorian Philharmonic Orchestra, itu seolah-olah telah mempertemukanku dengan orang-orang terdekat dan tercinta yang telah lama tiada atau sekedar berpindah tempat, serta semakin menjadikan intim dan bergerlora hubungan yang saat ini sedang terjalin.

Oleh sebab itu, aku sepakat dengan Once. Orang-orang yang pernah dekat dengan kita dan apalagi telah memiliki ikatan cinta, meski (telah) berpisah raga, namun, karena cinta ia selalu ada. Intuisi dan hati memahami benar masalah ini. Mereka “seperti udara yang kuhela, kau selalu ada…”.

Pada dasarnya, lagu memiliki sifat netral bi zatihi, apapun jenisnya. Respon jiwa kita yang menjadikannya bermakna. Dengan merengungi dan menyelami jiwa sebuah lagu tertentu, ia bisa menghantarkan jiwa manusia pada kondisi terdalam dan bermakna, serta mampu menggoyahkan sendi-sendi psikologi. Terus terang, lagu Once di atas pernah menghancurkan dinding mataku, karena tak kuasa menahan linangan air mata. Aku benar-benar tersentuh dan larut dalam syair indah penuh makna itu. Alunan syairnya membawaku pada kondisi spiritual yang intim, seolah-olah kedekatan Tuhan – yang disadari atau tidak, Ia memang dekat – begitu terasa. Memang, perasaan intim dengan Tuhan bisa dirasakan bukan hanya melalui ritual-ritual formal. Itulah hati. Aktifitasnya tak terlembagakan dalam bentuk simbol-simbol dan ritual, serta tak terbelenggu oleh dimensi ruang (apa pun, di mana pun) dan waktu (kapan pun). Hanya sebuah lagu pun bisa memantik hati menghayati perasaan itu.

Alangkah Anda akan merasa intim dengan Tuhan, jika bait ini, “hanya diri-Mu, yang bisa membuatku tenang, tanpa dirimu, aku merasa diam dan sepi…”, Anda sampaikan kepada-Nya (atau “nya”) dengan perenungan dan bahasa jiwa. Tersirat di sana, Anda telah berikrar untuk selalu ada untuk-Nya (nya), dan mengharap Ia (ia) menjadi bagian dari Anda.

Dari hati yang paling dalam mengaharaplah, “aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa Kau sentuh.” Sebab, aktifitas kita tidak akan pernah terlaksana tanpa Dia memberikan “sentuhan”Nya.

Dengan bahasa kalbu, sampaikanlah pada Tuhan (cinta), “aku ingin Kau tahu bahwa kuselalu memuja-Mu”. Ada harapan tersyirat di baliknya, bahwa sedikitpun Anda tak ingin dicampakkan oleh-Nya (nya). Pujian Anda kepada-Nya (nya) pasti akan berbalas dengan perhatian-Nya (nya).

Pada akhir semua itu, kita pasti mengaharap Tuhan mengundang kita dengan kerinduan-Nya. “Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu. Uatarakanlah keingingan itu dengan hati penuh cinta. Sebab, hanya dengan mencintai Sang Tuhan (atau siapa pun), Anda akan selalu menjadi orang yang dirindukan-Nya sekaligus Anda menerindukan-Nya. Dengan Rindu-Nya, Ia akan mengundang dan mengajak siapa saja yang mencintai-Nya, masuk ke dalam rumah abadi.

Ahsana ma qala, tepat dan bagus sekali, ungkapan yang pernah disampaikan Imam Ghazali, “Siapa yang tidak tergetar hatinya mendengar kemerduan musik dan keindahan pemandangan, maka dia telah mengidap penyakit yang sulit diobati.” Dan hanya hati lembut dan sensitif semata yang mampu menangkap getaran itu. Lalu, hanya jiwa yang peka saja yang menjadikan getaran tersebut bermakna.

Minggu, 04 Desember 2011

Sejarah Berdirinya Masjid Tegalsari

Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari, yaitu sebuah desa terpencil lebih kurang 10 KM ke arah selatan kota Ponorogo. Di tepi dua buah sungai, sungai Keyang dan sungai Malo, yang mengapit desa Tegalsari inilah Kyai Besari mendirikan sebuah pondok yang kemudian dikenal dengan sebutan Pondok Tegalsari.

Dalam sejarahnya, Pondok Tegalsari pernah mengalami zaman keemasan berkat kealiman, kharisma, dan kepiawaian para kyai yang mengasuhnya. Ribuan santri berduyun-duyun menuntut ilmu di Pondok ini. Mereka berasal dari hampir seluruh tanah Jawa dan sekitarnya. Karena besarnya jumlah santri, seluruh desa menjadi pondok, bahkan pondokan para santri juga didirikan di desa-desa sekitar, misalnya desa Jabung (Nglawu), desa Bantengan, dan lain-lain.

Jumlah santri yang begitu besar dan berasal dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang itu menunjukkan kebesaran lembaga pendidikan ini. Alumni Pondok ini banyak yang menjadi orang besar dan berjasa kepada bangsa Indonesia. Di antara mereka ada yang menjadi kyai, ulama, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, negarawan, pengusaha, dll. Sekadar menyebut sebagai contoh adalah Paku Buana II atau Sunan Kumbul, penguasa Kerajaan Kartasura; Raden Ngabehi Ronggowarsito (wafat 1803), seorang Pujangga Jawa yang masyhur; dan tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto (wafat 17 Desember 1934).

Dalam Babad Perdikan Tegalsari diceritakan tentang latar belakang Paku Buana II nyantri di Pondok Tegalsari. Pada suatu hari, tepatnya tanggal 30 Juni 1742, di Kerajaan Kartasura terjadi pemberontakan Cina yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi Susuhuhan Kuning, seorang Sunan keturunan Tionghoa. Serbuan yang dilakukan oleh para pemberontak itu terjadi begitu cepat dan hebat sehingga Kartasura tidak siap menghadapinya. Karena itu Paku Buana II bersama pengikutnya segera pergi dengan diam-diam meninggalkan Keraton menuju ke timur Gunung Lawu. Dalam pelariannya itu dia sampai di desa Tegalsari. Di tengah kekhawatiran dan ketakutan dari kejaran pasukan Sunan Kuning itulah kemudian Paku Buana II berserah diri kepada Kanjeng Kyai Hasan Besari. Penguasa Kartasura ini selanjutnya menjadi santri dari Kyai wara` itu; dia ditempa dan dibimbing untuk selalu bertafakkur dan bermunajat kepada Allah, Penguasa dari segala penguasa di semesta alam.

Berkat keuletan dan kesungguhannya dalam beribadah dan berdoa serta berkat keikhlasan bimbingan dan doa Kyai Besari, Allah swt mengabulkan doa Paku Buana II. Api pemberontakan akhirnya reda. Paku Buana II kembali menduduki tahtanya. Sebagai balas budi, Sunan Paku Buana II mengambil Kyai Hasan Besari menjadi menantunya. Sejak itu nama Kyai yang alim ini dikenal dengan sebutan Yang Mulia Kanjeng Kyai Hasan Bashari (Besari). Sejak itu pula desa Tegalsari menjadi desa merdeka atau perdikan, yaitu desa istimewa yang bebas dari segala kewajiban membayar pajak kepada kerajaan.

Setelah Kyai Ageng Hasan Bashari wafat, beliau digantikan oleh putra ketujuh beliau yang bernama Kyai Hasan Yahya. Seterusnya Kyai Hasan Yahya digantikan oleh Kyai Bagus Hasan Bashari II yang kemudian digantikan oleh Kyai Hasan Anom. Demikianlah Pesantren Tegalsari hidup dan berkembang dari generasi ke generasi, dari pengasuh satu ke pengasuh lain. Tetapi, pada pertengahan abad ke-19 atau pada generasi keempat keluarga Kyai Bashari, Pesantren Tegalsari mulai surut.

Alkisah, pada masa kepemimpinan Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin, putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon. Ia sangat dekat dengan Kyainya dan Kyai pun sayang kepadanya. Maka setelah santri Sulaiman Jamaluddin dirasa telah memperoleh ilmu yang cukup, ia diambil menantu oleh Kyai dan jadilah ia Kyai muda yang sering dipercaya menggantikan Kyai untuk memimpin pesantren saat beliau berhalangan. Bahkan sang Kyai akhirnya memberikan kepercayaan kepada santri dan menantunya ini untuk mendirikan pesantren sendiri di desa Gontor.

Masjid ini merupakan masjid paling ramai dikunjungi para peziarah dan para jamaah pada saat malam-malam tertentu diantaranya malam jum’at, malam lailatul qodr, malam-malam pada bulan Ramadhan, malam-malam ujian semester dan ujian nasional, malam nisfu sya’ban dan malam-malam yang dianggap bermustajab untuk berdoa bagi umat muslim. Dari depan masjid ini terlihat biasa saja, bahkan lebih sederhana jauh daripada Masjid Agung Ponorogo. Namun apabila kita duduk di dalam masjid dengan selalu mengucap kalam ilahi, maka hati kita akan terasa sangat sejuk, inilah kelebihan Masjid Tegalsari.

Sejarah Masjid Agung Ponorogo

Masjid Agung Ponorogo adalah masjid yang terletak di jalan Aloon-aloon barat Kabupaten Ponorogo. Masjid ini didirikan pada tahun 1858 didirikan oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro. Pada bangunan masjid depan terdapat 9 kubah kecil berwarna hijau, yang menandakan 9 wali yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Sepanjang jalan antara menara dan masjid terdapat deretan pohon sawo yang merupakan ciri khas bangunan Islam di Ponorogo.

Sejarah

Sebelum didirikan masjid, di tempat ini berdiri musholla tempat bersembunyinya Ki Gelendung yang bernama nama asli Abdur Rahman. Ia merupakan ulama di Ponorogo yang dikejar oleh Belanda dan bersembunyi di sini. Pada saat adipati Tjokronegoro menjabat dibuatlah masjid agung yang terbuat dari tiang-tiang kayu jati.

Masjid agung terdiri dari 2 bangunan utama. Bangunan pertama merupakan bangunan asli peninggalan Tjokronegoro dengan 16 tiang kayu jati. Tiang kayu jati terbuat dari 1 pohon jati besar, yang dikerjakan oleh tukang kayu dari kerajaan Solo. Pada saat pembuataanya tukang kayu harus dalam keadaan suci. Tempat pembuatan tiang jati berada di Ngebel daerah Suko. Konon proses pembuatan tiang tidak menggunakan alat berat tapi dengan membacakan puji-pujian kepada Allah.

Bangunan ke 2, lantainya sudah dari keramik, dan mengalami pemugaran 3 kali. Pemugaran pertama oleh Bupati Soemadi pada tahun 1975. Lalu dipugar lagi tahun 1984 oleh Bupati Soebarkah. Bupati Markum Singodimedjo mendirikan menara pada tahun 1995 yang menghabiskan dana sebanyak 125 juta.

Sabtu, 03 Desember 2011

4 LiLin dan Makna Kehidupan

Ada 4 lilin yang menyala,

Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah
percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah keindahan.” “Namun
manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku
mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Kasih Sayang.” “Sayang aku
tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku,
untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah
Cinta” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku
berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang
mencintainya, membenci keluarganya. “
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin
ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan
melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh
apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku
takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat
selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah "HARAPAN"
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin
Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin
lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah "HARAPAN".
yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita
semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak
tersebut, yang dalam situasi apapun mampu
menghidupkan kembali Keindahan, Kasih Sayang
dan Cinta dengan "HARAPAN"-Nya…